Trauma pada alat genitalia
2.1.1 Perlukaan Akibat Persalinan
Perlukaan jalan lahir karena persalinan dapat mengenai vulva, vagina dan uterus. Jenis perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat berupa suatu robekan yang disertai pendarahan hebat.
a. Vagina
Perlukaan pada dinding depan vagina terjadi disekitar orifisium uretra dan klitoris.
Robekan pada vagina dapat bersifat luka tersendiri atau mirip lanjutan robekan perineum. Robekan vagina 1/3 bagian atas ummnya mirip lanjutan robekan serviks uteri.
Pada umumnya robekan vvagina terjadi karena regangan jalan lahir yang berlebih-lebihan dan tiba-tiba ketika janin dilahirkan. Kadang-kadang robekan lebar terjadi akibat ekstraksi dengan forceps.
Untuk menilai keadaan bagian dalam vagina, perlu diadakan pemeriksaan dengan spekulum. Pendarahan pada keadaan ini umumnya adalah pendarahan artevial, sehingga harus segera dijahit.
b. Perineum
Tempat yang paling sering mengalami perlukaan akkibat persalinan ialah perineum. Tingkat perlukaan pada perineum dapat dibagi dalam :
1. Tingkat I : perlukaan hanya terbatas pada mukosa vagina atau kulit
perineum
2. Tingkat II : melukai fasia dan otot-otot diafragma urogenital
3. Tingkat III : menyebabkan muskulus sfingter ani enternus terluka didepan Perlukaan pada diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani, dapat terjadi tanpa luka pada kulit perineim atau pada vagina, sehingga tidak kelihatan dari luar. Perlukan demikian dapat melemahkan dasar panggul, sehingga mudah terjadi prolapsus genitalis. Robekan perineum dapat mengakibatkan pula robekan jaringan pararektal, sehingga rektum terlepas dari jaringan sekitarnya. Pada tempat terjadinya perlukaan akan timbul perdarahan yang bersifat artevial atau yang merembes.
Pada perlukaan tingkat I, bila hanya ada luka lecet , diperlukan penjahitan. Pada perlukaan tingkat II, hendaknya luka dijahit secara cermat. Lapisan otot dijahit simpul dengan Catgut no.0 atau 00, dengan mencegah terjadinya ruang mati. Adanya ruang mati antara jahitan-jahitan memudahkan tertimbunnya darah beku dan terjadinya radang.
Pada perlukaan tingkat III memerlukan teknik penjahitan khusus. Langkah pertama yang terpenting adalah menemukan kedua ujung muskulus sfingter ani ekstermus yang terputus. Pada perlukaan tingkat III yang tidak dijahit dapat terjadi inkontinensia alvi.
Perlukaan pada perineum sebenarnya dapat dicegah atau dijadikan sekecil mungkin perlukaan ini umumnya terjadi pada saat lahirnya kepala. Oleh karena itu keterampilan melahirkan kepala janin sangat menentukan sampai seberapa jauh terjadi perlukaan pada perineum. Untuk mencegah terjadinya perlukaan perineum yang tidak terarah dan tidak teratur dianjurkan melakukan episiotomi.
Serviks Uteri
Robekan serviks bisa menimbulkan pendarahan banyak, khususnya bila jauh ke lateral sebab di tempat itu terdapat ramus desendens dari arteria uterina. Perlukaan pada serviks uteri sering diakibatkan oleh tindakan-tindakan pada persalinan buatan dengan pembukaan yang belum lengkap. Selain itu, penyebab lain robekan serviks ialah partus presipitatus. Pada partus ini kontraksi rahim kuat dan sering sehingga janin di dorong keluar, kadang-kadang sebelum pembukaan lengkap.
Korpus Uteri
Perlukaan yang paling beraat pada waktu persalinan adalah robekan uterus. Lokasi robekan dapat korpus uteri atau segmen bawah uterus. Robekan bisa terjasi pada tempat yang lemah pada dinding uterus, misalnya pada parut bekas seksio sesareaatau bekas miomektomi.
Secara anatomik, robekan uterus dapat di bagi dalam 2 jenis yaitu :
1. robekan inkomplet; mengenai endometrium dan miometrium tetapi perimetrium masih utuh
2. Robekan komplet ; mengenai endometrium, miometrium, perimetrium sehingga terjadi hubungan langsung antara karum uteri dan rongga perut.
Robekan uterus komplet menyebabkan gejala-gejala yang khas ketika persalian berlangsung yaitu nyeri perut mendadak, anemia, syok, dan hilangnya kontraksi. Gejala robekan uterus inkomplet umumnya lebih ringan. Pada waktu selesai persalinan, bila penderita pucat dan kelihatan dalam syok, sedang perdarahan keluar tidak banyak, apabila diraba tumor di parametrium, maka pada keadaan ini patut dicurigai adanya robekan uterus inkomplet. Untuk lebih memastikan hal ini, dianjurkan melakukan ekplorasi dengan memisahkan tangan didalam rongga uterus.
Penanganan pada robekan uterus ialah pemberian transfusi darah segera, kemudian laparotomi, jenis opersi yang dilakukan ialah penjahitan luka pada dinding uterus atau pengangkatan uterus.
Nekrosis Jalan Lahir Akibat Tekanan Pada Persalinan Lama
Pada waktu berlangsungnya persalinan, bila kepala janin sudah masuk kedalam ronggga tengah panggul, kandung kencing dan uretra mengalami tekanan oleh kepala janin tersebut. Apabila tekanan berlangsung lama, vagina serta dasar kandung kencing yang tertekan mengalami iskhemia dan akhirnya terjadinya nekrosis
2.1.2 Perlukaan Akibat Koitus
perlukaan yang terjasi pada koitus pertama ialah robeknya selaput hymen. Robekan selaput hymen biasanya terjasi pada dinding belakang dan menimbulkan perdarahan sedikit, yang kemudian akan berhenti secara apontan. Pada keadaan tertentu perlukaan akibat koitusdapat lebih berat. Koitus yang dilakukan secara kasar dan keras-keras akan menimbulkan perlukaan-perlukaan vulva dan vagina sehingga menimbulkan perdarahan.
2.1.3 Perlukaan Akibat Pembedahan Ginekologik.
Perlukaan alat di dalam pelvis pada waktu pembedahan ginekologik terjadi bila melakukan pembedahan ginekologik pada alat-alat genital.
Perlukaan Ureter
Letak ureter yang dekat dengan genitalia interna menyebabkan saluran kencing itu mudah mengalami perlukaan pada waktu pembedahan ginekologik, terutama jika lokasi ureter berubah karena desakan tumor.
Ada lima tempat di dalam panggul, dimana ureter mudah mengalami perlukaan. Pertama, di tempat ureter memasuki ruang panggul dan menyilang di atas percabangan dengan arteri iliaka. Kedua, pada vasa ovarika di mana ureter berada dekat dengan alat adneks. Ketiga, di dalam ligamentum latum. Keempat, pada tempat yang dekat dengan serviks bagian atas, kelima, pada fase 4 ureter mulai masuk ke dalam kandung kencing.
2.1.4. Perlukaan Akibat Trauma Aksidental
perlukaan langsung pada alat-alat genital terjadi akibat patah tulang panggul, atau akibat jatuh duduk dengan genitalia eksterna kena suatu benda.
4.1. hematoma
bentuk perlukaan yang paling sering terjadi ialah hematoma pada vulva. Terdapatnya hematoma yang tampak kecil dari luar belum berarti bahwa bekuan darah di dalamnya sedikit. Perdarahan dapat menjalar sekitar vagina dan mengumpul di dalam ligamentum latum. Bila banyak darah terkumpul dalam hematoma, dapat timbul gejala-gejala syok dan anemia, kulit permukaan hematoma berwarna kebiru-biruan, mengkilat, tipis, dan mudah robek
4.2. Perlukaan
perlukaan pada vagina dan vulva terjadi bila alat-alat tersebut terkena secara langsung.
2.1.5. Perlukaan Akibat Benda Asing
seringkali penderita dengan psikopatia seksualis memasukan benda-benda ke dalam vagina atau uretra. Benda asing ini tetap tinggal karena kelupaan atau karena memang penderita senagaja tidak mengeluarkannya. Pesarium yang dipasang untuk prolapsus uteri dapat menimbulkan iritasi dan perlukaan
2.1.6. Perlukaan Akibat Bahan Kimia
perlukaan vulva dan vagina berupa luka-luka bakar dapat disebabkan oleh :
1. Pembilasan dengan cairan yang sangat panas
2. kesalahan teknik dalam pemakaian elektrokauter
3. bahan-bahan kimiawi
pembilasan dengan cairan yang sangat panas menimbulkan luka bakar yang superfisial, yang kemudian dapat mennyebabkan terlepasnya kulit dan mukosa sehingga terdapat ulkus.
Pemakaian elektrokauter untuk pengobatan erosio dan porsio uteri, jika kurang hati-hati dapat menyebabkan stenosis atau atresia pada ostiumuteri eksternum.
Vulva dan vagina yang terkena bahan-bahan kimia yang keras menimbulkan gejala-gejala luka bakar. Bahan-bahan kimia yang sering menimbulkan perlukaan dalam hal ini ialah bahan-bahan asam yang terbagi dalam 2 jenis :
1. bahan asam Anorganik, misal. Asam sulfat, asam nitrat, asam klorida
2. bahan asam organik, misal, asam oksalat, dan asam asetat.
Asam anorganik, bila dimasukan ke dalam vagina sangat berbahaya karena mempunyai daya korosif yang sangat kuat. Akibat pemakaiannya ialah perlukaan yang parah pada vagina dan serviks uteri. Asam organik umumnya mempunyai daya korosif yang kurang kuat, tetapi dapat menimbulkan gangguan dalam pembekuan darah.
2.2 GANGGUAN MENSTRUASI
2.2.1. Amenore
Amenore adalah tidak ada menstruasi. Istilah ini digunakan untuk perempuan yang belum mulai menstruasi setelah usia 15 tahun (amenore primer) dan yang berhenti menstruasi selama 3 bulan, padahal sebelumnya pernah menstruasi (amenore sekunder).
Amenore primer biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah pertumbuhan. Amenore sekunder dapat disebabkan oleh rendahnya hormon pelepas gonadotropin (pengatur siklus haid), stres, anoreksia, penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB, dan kista ovarium.
Penyebab :
Amenore bisa terjadi akibat kelainan di otak, kelenjar hipofisa, kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium (indung telur) maupun bagian dari sistem reproduksi lainnya.
2.2.2. Sindrom Pramenstruasi (PMS)
Sindrom pramenstruasi (PMS) adalah sekelompok gejala fisik, emosi, dan perilaku yang umumnya terjadi pada minggu terakhir fase luteal (seminggu sebelum haid). Gejala biasanya tidak dimulai sampai 13 hari sebelum siklus, dan selesai dalam waktu 4 hari setelah perdarahan dimulai.
Beberapa gejala PMS yang sering dirasakan:
-Payudara menjadi lembut dan bengkak
-Depresi, mudah tersinggung, murung dan emosi labil (mood swing)
-Tidak tertarik seks (libido menurun)
-Jerawat berkala
-Perut kembung atau kram
-Sakit kepala atau sakit persendian
-Sulit tidur
-Sulit buang air besar (BAB)
Pengobatan
Pil KB kombinasi yang mengandung estrogen dan progesteron bisa membantu mengurangi naik-turunnya kadar estrogen dan progesteron. Untuk mengurangi penahanan cairan dan perut kembung, sebaiknya penderita mengurangi asupan garam dan mengkonsumsi diuretik ringan (misalnya spironolactone). Penderita juga bisa mengurangi asupan gula, cafein dan alkohol; menambah asupan karbohidrat dan lebih sering makan. Untuk mengurangi sakit kepala, nyeri karena kram rahim dan nyeri persendian, bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid.
2.2.3. Dismenore
Dismenore adalah menstruasi menyakitkan. Nyeri menstruasi terjadi di perut bagian bawah tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bawah dan paha. Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi dalam rahim, yang merupakan bagian normal proses menstruasi, dan biasanya pertama dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga 32 – 48 jam.
Dismenore yang dialami remaja umumnya bukan karena penyakit (dismenore primer). Pada wanita lebih tua, dismenore dapat disebabkan oleh penyakit tertentu (dismenore sekunder), seperti fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik.
Dismenore primer dapat diperingan gejalanya dengan obat penghilang nyeri/anti-inflamasi seperti ibuprofen, ketoprofen dan naproxen. Berolah raga, kompres dengan botol air panas, dan mandi air hangat juga dapat mengurangi rasa sakit.
Bila nyeri menstruasi tidak hilang dengan obat pereda nyeri, maka kemungkinan merupakan dismenore sekunder yang disebabkan penyakit tertentu.
2.2.4. Menoragia
Menoragia adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan. Dalam satu siklus menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan sekitar 30 ml darah selama sekitar 7 hari haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari atau terlalu deras (melebihi 80 ml), maka dikategorikan menoragia.
Penyebab utama menoragia adalah ketidakseimbangan jumlah estrogen dan progesteron dalam tubuh. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan endometrium terus terbentuk. Ketika tubuh membuang endometrium melalui menstruasi, perdarahan menjadi parah.
Menoragia juga bisa disebabkan oleh gangguan tiroid, penyakit darah, dan peradangan/infeksi pada vagina atau leher rahim.
2.2.5. Perdarahan Abnormal
Perdarahan vagina abnormal (di luar menstruasi ) antara lain:
-Pendarahan di antara periode menstruasi
-Pendarahan setelah berhubungan seks
-Perdarahan setelah menopause
-Perdarahan abnormal disebabkan banyak hal. Dokter Anda mungkin memulai dengan
memeriksa masalah yang paling umum dalam kelompok usia Anda. Masalah serius seperti fibroid uterus, polip, atau bahkan kanker dapat menjadi sebab perdarahan abnormal.
Baik pada remaja maupun wanita menjelang menopause, perubahan hormon dapat menyebabkan siklus haid tidak teratur.
2.3 TUMOR OVARIUM DAN UTERUS
2.3.1 Kistoma Ovari
Ovarium mempunyai fungsi yang sangat krusial pada reproduksi dan menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker ovarium.
Kista ovarium biasanya berukuran kecil (<5 cm), berkapsul dengan isi cairan. Beberapa kista ovarium ini tidak menimbulkan gejala, dan dapat mengalami resolusi spontan, tetapi ada yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak menyenangkan. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya karsinoma terutama pada wanita wanita yang mulai menopause.
Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi. Terdapat variasi yang luas insidensi keganasan ovarium, rerata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi). Di Amerika insidensi keganasan ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 1991.
Penanganan terhadap kista ovarium didasarkan pada jenis kista tersebut. Jadi tidak semua kista ovarium dioperasi, apalagi ternyata kista tersebut dapat resolusi spontan. Tindakan operatif selain sangat invasif, dapat berdampak terhadap fertilitas seseorang. Sehingga untuk menentukan apakah kista tersebut harus diangkat atau tidak, diagnosisnya harus benar-benar jelas.
Untuk menegakkan diagnosis kista terutama jenis kista, ada 2 cara yang selama ini sudah dilaksanakan dan dikembangkan, yaitu dengan pungsi kista dengan panduan ultrasonografi vaginal dilanjutkan pemeriksaan sitologi cairannya, cara ini invasif, memakan waktu lama dan biaya yang mahal, sedangkan yang kedua, dengan pemeriksaan ultrasonografi transvaginal, lebih murah , cepat, dan tidak invasive.
Untuk mencapai prognosis yang baik bagi penderita, tindakan pembedahan pengangkatan massa tumor yang adekuat sangatlah penting. Oleh karena itu diagnosis banding yang akurat antara tumor ovarium yang jinak atau ganas sangat penting, dalam manajemen intraoperasi maupun pasca operasi pada setiap kasus.
A.Definisi
Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh abnormal dibagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah, atau bahan-bahan lain.Sedangkan Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium.
B.Klasifikasi
Terdapat berbagai macam tumor yang dapat timbul pada ovarium. Ada yang neoplastik dan nonneoplastik. Beberapa di antara tumor neoplastik bersifat jinak (noncancerous) dan tidak pernah menyebar di luar ovarium. Tipe lainnya adalah maligna atau ganas (cancerous) dan dapat menyebar ke bagian-bagian tubuh lainnya.Selanjutnya tumor neoplastik yang bersifat jinak dapat dibagi menjadi tumor kistik dan tumor solid. Pada umumnya, tumor ovarium dinamai sesuai dengan asal macam sel tumor dan berdasarkan ganas tidaknya tumor. Terdapat tiga tipe utama dari tumor ovarium yaitu tumor sel epitel permukaan ovarium (epithelial tumors), dimulai dari sel yang melindungi permukaan luar ovarium; tumor sel benih (germ cell tumors), dimulai dari sel yang menghasilkan ova dan tumor sel stroma (sex cord stromal tumors).
-Tumor Nonneoplastik
-kista Folikel
-Kista Korpus Luteum
-Kista Lutein
-Kista Inklusi Germinal
-Kista Endometrium
-Kista Stein-Leventhal
-Tumor Neoplastik Jinak
-Kistik
-Kistoma Ovarii Simpleks
-Kistadenoma Ovarii Serosum
-Kistadenoma Ovarii Musinosum
-Kista Endometroid
-Kista Dermoid
-Solid
-Fibroma, Leimioma, Fibroadenoma, Papiloma, Angioma, Limfangioma.
-Tumor Brenner
-Tumor sisa adrenal (maskulinovo-blastoma)
Ada beberapa macam jenis kista ovarium, yaitu kista fungsional, adalah kista ovarium yang paling banyak dijumpai. Jenisnya kista folikel dan kista lutein, keduanya dapat hilang dengan sendirinya. Kista dermoid, adalah jenis kista ovarium yang dapat berasal dari jaringan ektoderm, mesoderm, bahkan endoderm, sehingga dapat berisi jaringan lemak, rambut, gigi, tulang, dan kulit. Endometrioma disebut juga kista coklat, termasuk endometriosis eksterna, yaitu adanya jaringan endometrium yang tumbuh pada ovarium. Adanya kista ini sangat mempengaruhi fertilitas seseorang. Kista multipel, biasanya terdapat pada wanita yang menstruasinya bersifat an-ovulasi, yang paling sering adalah sindroma ovarium polikistik.
C. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.
D. Gejala dan tandanya
Kebanyakan wanita dengan tumor ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Sebagian gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau komplikasi tumor tersebut. Pada stadium awal dapat berupa gangguan haid. Jika tumor sudah menekan rektum atau kandung kemih mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih. Dapat juga terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan atau nyeri pada saat bersenggama.
Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites (penimbunan cairan dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut), dan organ-organ di dalam rongga perut lainnya seperti usus-usus dan hati. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan, gangguan buang air besar dan buang air kecil. Penumpukan cairan bisa juga terjadi pada rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak napas.
E. Diagnosa
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya adanya kehamilan atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan.
Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites, akan tetapi dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.
F. Pemeriksaan Penunjang
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan differensial diagnosis.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah
1.Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk
menentukan sifat-sifat tumor itu.
2.Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3.Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
4.Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk
G. Penanganan
Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2-3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya :
-Torsi
-Ruptur
-Perdarahan
Menjadi Keganansan : Potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi ganas sudah dipostulasikan, kista dermoid dan endometriosis dapat berubah menjadi ganas, akan tetapi dalam persentase yang relative sedikit.
I. Prognosis:
William Helm, C. 2005. Dkk mengatakan :
Prognisis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral.
Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir. Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara 86.9% untuk stadium FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV.
Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangakan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk.
Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium awal memiliki prognosis yang sangat baik. Disgerminoma dengan stadium lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal sel tumor nondisgerminoma.
Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan yang rendah mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi tetap berhubungan dengan angka kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah 86.2%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar